Rabu, 28 Juli 2010

Kelembutan Yang Datang Terlambat Itu…

Kelembutan Yang Datang Terlambat Itu…


-Dirangkai Oleh Semburat Jingga-

*Saat himpitan sesal menelanku bulat-bulat*





Sahabat, pernahkan kau merasa sebal dengan seseorang yang sering menyodorkan tampang tak menyenangkan padamu? Atau pernahkah kau merasa bahwa ada seseorang yang hanya bersikap cuek dan menyebalkan khusus padamu saja? Kau merasa bahwa semua ucapan atau usul yang kau lontarkan, maka ia akan selalu punya bantahan untuk menolaknya. Dan setiap sikap yang kau lakukan selalu membuahkan senyuman mengejek pada bibirnya. Hmmm….coba ingat-ingat lagi… ^^



Saya ingin mengatakan bahwa saya PERNAH mengalami itu, dan saya MENYESALI mengapa dulu saya turut berlaku sama terhadapnya. Izinkan saya bercerita…



Saat duduk di bangku SMA, saya termasuk siswi yang aktif dan memiliki banyak teman. Cukup banyak kegiatan ekstrakurikuler yang saya ikuti, dan dari sana sahabat baru muncul menambah panjang persaudaraan saya. Memang tidak semua orang di sekolah mengenal saya dan dikenal oleh saya, tapi paling tidak mereka-mereka yang bukan sahabat saya akan tetap membalas senyuman jika saya melempar senyum, dan tentu saja menjawab sapa pendek saya. Tapi ada satu orang yang justru akan memanyunkan bibir saat saya tersenyum padanya dan mengerutkan dahi tanda tak suka saat saya menyapanya. ADA APA DENGANNYA? Itu saja dalam benak saya.



Lelaki semampai berkulit putih nan tampan itu bernama Ayyubi. Kami semua terbiasa memanggilnya Yubi. Dia memang sangat cuek, dingin dan hampir tidak punya teman. Tapi dia pasti -setidaknya merespon- sapaan dan senyum orang-orang selain saya. Awalnya saya tidak pernah sadar kalau sikapnya itu khusus pada saya, tapi setelah meneliti sekian minggu maka yakinlah saya. Apakah sahabat sekalian berpikir Yubi menyukai saya?? Bukan, samasekali bukan seperti itu! ^^



Lelaki yang menyukai seorang wanita mungkin akan bersikap jaim saat sang wanita bersama teman-temannya dan mendadak cari perhatian jika sang wanita tinggal sendiri saja. Tapi tidak bagi Yubi. Ia akan selalu mengeraskan rahang di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun ia menemui saya. Parah! Awalnya mungkin saya bisa cuek dan menganggapnya tidak pernah ada, tapi pada akhirnya saya turut bersikap sama seperti dia.



“Perang Dingin” antara saya dan Yubi bukan rahasia umum lagi, semua teman bahkan beberapa guru mengetahui itu, maka seperti itulah saya dan Yubi mengisi hari-hari kami tiga tahun di SMA. Penuh intrik, kejahilan, bahkan makar. Sampai pernah di suatu jam pelajaran Bahasa Indonesia –waktu itu materinya Berbalas Pantun- kebetulan (lebih tepatnya lagi-lagi) teman-teman menunjuk Yubi dan saya untuk maju, maka jadilah ruang kelas itu ARENA TARUNG kami yang baru. Karena sang guru tak menerapkan tema berpantun, maka kami cari sendiri temanya, “Mengejek Kawan”, ya seperti itulah kira-kira…



“Beli buku tentang kapal pesiar

Jangan cari di di lapangan

Siapa itu berbadan legam lagi bundar

Eh ternyata Si Eresia dari Kebanaran”



Pantun itu yang Yubi lempar ke saya dengan cemoohan, buru-buru saya merangkai sebuah pantun ala kadarnya untuk balik menghina dia.



“Buah lengkeng dibikin manisan

Jangan dibikin sambil tidur

Badan kerempeng plus cengingisan

Itulah Yubi Si Ayam Sayur”



Yubi membalasnya lagi,



“Jalan-jalan ke Balikpapan

Sekalian beli sprei en kasur

Biar kerempeng en cengingisan

Yang penting ganteng gak kayak Eres Si Jamur”



Saya masih begitu mengingat tiga pantun kenangan ini. Saya memanggil ‘Ayam Sayur’ karena badannya yang tinggi membuat ia agak bungkuk dan terlihat seperti ayam sayur. Sedangkan ia memanggil saya ‘Si Jamur’ karena dulu saya jago Biologi dan hafal hampir semua nama latin tumbuhan terutama jamur. Jadilah ‘Ayam Sayur’ dan ‘Si Jamur’ yang kami gunakan sebagai panggilan ‘kesayangan’. Semua perselisihan benar-benar berlangsung sampai kami lulus di tahun 2005. Bahkan tak ada kata maaf dan sesal di perpisahan sekolah. Samasekali tak ada!



Bulan bergulir. Saya kuliah dan samasekali tak pernah mengingat Yubi. Bagi saya lelaki itu cuma masa lalu menjengkelkan yang tak pantas dicatat dalam memoar hati. Lalu sebuah jejaring pertemanan ‘FRIENDSTER’ mulai booming, dengan fasilitas Friend Finder saya menemukan teman masa kecil hingga SMA saya. Hingga suatu hari saya lihat ‘Ayyubi’ muncul pada daftar request saya. Hari keenam baru saya approve dia. Minggu pertama menjadi teman di Fs kami sama2 diam, baru di minggu kedua muncul message pertama darinya. Sebuah pesan yang mengawali sapaan hangat dan sesal yang sungguh terlambat.



Yubi menjelaskan bahwa dari dulu hidupnya tak karuan, tak pernah berotasi pada porosnya, sebagaimana kehidupan normal lain. Kehidupan rumah tangga orangtuanya tidak harmonis, mereka menjelma menjadi manusia -yang menurut Yubi- kasar dan hampir tanpa nurani. Ia akhirnya trauma dan fobia pada ‘kelembutan’. Baginya kelembutan itu hanya mimpi dan bukan sesuatu yang pasti. Sejak SMA ia jarang di rumah, kerjaannya hanya main dan nongkrong gak jelas (pantas prestasinya di SMA tidak bisa dibilang bagus), dan ekstasi plus alcohol pun sering di tenggaknya.



“Tapi Res, waktu dulu aku ngeliat kamu, aku heran. Kenapa kamu mau menyapa semua orang dengan sapaan manis dan repot2 tersenyum apalagi menanyakan keadaan mereka. Kamu itu aneh. Sumpah, kamu itu sangat aneh! Tapi waktu banyak teman yang menjadikan kamu sebagai tempat cerita, aku jadi punya keinginan untuk melakukan itu”



“Aku bukan orang yang mudah berteman dan ceria, Res. Aku tidak biasa berbasa-basi. Makanya aku kesulitan untuk mendekati kamu. Sikap dingin dan cuekku bukan karena aku benci, tapi AKU INGIN KAMU LEBIH MEMPERHATIKAN dan menjadi temanku. Tapi waktu kamu bersikap sama dan antipati, maka keinginan untuk bercerita dan terbuka itu hilang.”



Tanpa terasa airmataku ikut berlinang seiring dengan kedatangan surat kedua, ketiga, dan entah keberapa lagi darinya. Kau tau sahabat ? AKU MENYESAL. SANGAT MENYESAL. Kebersamaan itu tidak bisa diulang. Jadi baik aku maupun Yubi tidak mungkin merubah tiga tahun ‘menjengkelkan’ itu menjadi masa-masa yang menyenangkan.



Bolehkah aku berpesan padamu Sahabat? Coba sekarang perhatikan orang-orang di sekelilingmu, orang-orang yang menurutmu sangat membenci dan tidak menyukai segala perbuatan dan perkataanmu lalu kau sempat bersikap cuek dan sinis juga padanya. Jika kau menemukannya, coba hampiri dia. Coba sekejap saja tatap matanya, lalu tersenyumlah tulus untuknya. Siapa tau kau pun salah menilainya. Siapa tau ternyata dia membutuhkan senyum dan kelembutan darimu lebih dari siapapun.



Siapa tau hatinya merana dan butuh usapan manja dengan kata-kata bermakna. Siapa tau saat malam menjelang sebenarnya bahunya sering tersedu menanggung beban yang ia tak tau harus membaginya dengan siapa. Siapa tau matanya kerap basah menahan himpitan hidup. Siapa tau sikap dingin, kasar, dan menjengkelkannya merupakan bentuk manifestasinya untuk mendapat perhatianmu. Siapa tau sebenarnya di balik kata-kata kasar itu ia mengharapkan dakwahmu lebih dari kata mutiara manapun. Siapa tau, ya siapa tau….



Maka Sahabat, yang Allah sangat melimpahkan cintaNya padamu, jangan pernah berpaling dan membenci mereka-mereka yang tidak menyukai gerakmu. Karena mungkin jauh dalam hati, mereka memendam harap mengharu biru untuk mendekat padamu….



Jadi biarkan ia mendekat, tunggulah hingga sangat dekat. Lalu ambil tangannya, genggam kuat-kuat. Biarkan ikatan tulus merekah di antaranya, biarkan ia merasakan bahwa kau pun menyayanginya karena cintamu padaNya. Karena tidakkah kau ingat firmanNya :





فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ



“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”(QS.Ali Imran[3]:159)









**Maka jika engkau bertanya apa itu kelembutan

Biarkan aku menjawab,

Bahwa ia adalah sama dengan mentari yang setia menebar jingga

Meski terkadang awan tebal menyelimutinya,

Dan gemuruh hujan angkuh melipatnya



Jika engkau bertanya apa itu cinta

Biarkan aku menjawab,

Bahwa ia adalah sama dengan mentari yang sebenarnya tak pernah berhenti menebar jingga

Kau melihatnya tenggelam

Kau mengira ia meninggalkanmu dalam malam

Tapi ia berputar dan tak pernah padam



Aku mencintaimu sahabat, karena Allah….**

Tidak ada komentar: